Tentang Penyakit yang Aku Derita: Kardiomiopati Hipertrofi

Tentang Penyakit yang Aku Derita

 

Sebuah rasa yang tiba-tiba muncul

Sejak kecil aku anak yang cukup aktif bergerak. Bermain sepak bola, bulu tangkis, petak umpet hingga bermain layang-layang (walaupun tidak bisa mengendalikannya). aku tergolong anak yang sehat dan jarang memiliki penyakit. namun terkadang ada saat dimana dada terasa sakit terasa nyut-nyutan (Bahasa kerennya :D) namun itu sebentar dan kembali normal dalam beberapa menit. Sejak kecil juga telapak tangan sering berkeringat entah apakah ini ada hubungannya dengan rasa nyeri dalam dada itu. Yang jelas hal itu berlangsung hingga sekarang. Masa kecil hingga remaja aku isi dengan banyak sekali olahraga dari bulu tangkis, sepak bola, futsal, dan jogging. Dari semua jenis olahraga yang dilakukan hanya jogging saja yang rutin aku lakukan.

Cerita berlanjut saat aku duduk di bangku kuliah. Saat itu negara kita tercinta, Indonesia sedang dilanda pandemi covid 19. Sebuah penyakit yang mengharuskan aku untuk pulang ke rumah. Dunia seakan berubah waktu itu semua kegiatan bersama harus dibatasi untuk menghindari penularan penyakit. Kuliah tatap muka harus berganti dengan tatap layar. Begitulah rutinitas kuliah yang aku lakukan di semester 6. Walaupun pandemi covid 19 kebiasaan jogging tetap selalu aku lakukan. Awalnya biasa saja tak ada rasa yang aneh dalam dada, namun beberapa minggu melakukannya rasa itu kembali muncul. Kali ini cukup sering munculnya sehingga karena kejadian tersebut aku memutuskan untuk mencoba memeriksanya ke dokter terdekat. Orang tua menolak terutama ayah karena menurutnya itu hanya rasa sakit biasa. Rasa penasaran dan ingin cepat sembuh mengalahkan nasehat ayahku akhirnya aku membulatkan tekad untuk pergi ke klinik jantung. Ditambah saat itu aku sedang memegang uang yang cukup banyak, hasil tabungan dari beasiswa yang kuperoleh saat kuliah.

Mencoba berobatà ada penyakit

Seperti biasa sebelum melakukan sesuatu aku selalu mencoba mencari tahu, dalam hal berobat perlu tahu berapa biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan jantung ini. aku mencoba mencarinya di internet, ternyata untuk mengetahui penyakit jantung harus dilakukan Elektrokardiogram dan Ekokardiografi. Setelah dihitung-hitung biaya yang dibutuhkan kurleb sebesar 500K.

“biaya yang cukup murah” pikirku. Saat itu saya memang berniat tidak memakai layanan BPJS. Setelah menuju meja Pendaftaran ternyata biaya yang dikeluarkan hampir 2 juta. Aku cukup kaget dalam hati. Setelah dipikir” ya hitunganku belum termasuk biaya obatnya. Tak apalah (dalam hati) karena uang tabungan saat itu cukup banyak alhamdulillah saya bisa membayarnya.

Sebelum bertemu dokter, saya diperiksa tekanan darah, kadar oksigen dan diberi beberapa pertanyaan mengenai gejala. Tidak lama setelah itu saya disuruh masuk ke ruangan yang ternyata di dalam ruangan tersebut saya diperiksa dengan alat Elektrokardiogram oleh perawat. Alat yang cukup menggelikan bagi badan maklum ini pengalaman pertama kali (:D) 

beginilah alatnya (elektrokardiogram)

note: bukan foto saya

Tentang Penyakit yang Aku Derita: Kardiomiopati Hipertrofi
Sumber: https://www.orami.co.id/magazine/yang-terjadi-pada-tubuh-saat-elektrokardiogram

Setelah selesai aku pun dipersilahkan duduk di antrian untuk menunggu panggilan dokter. Antriannya cukup lama untuk pendaftar regular saat itu karena banyak pasien juga.

kali ini aku diperiksa menggunakan alat yang bernama ekokardiografi. beginilah penampakannya

Tentang Penyakit yang Aku Derita: Kardiomiopati Hipertrofi
Sumber: https://www.permatamedika.com/echocardiografi-usg-jantung/


Setelah dilakukan pemeriksaan dan diberi beberapa pertanyaan, dokter menyimpulkan bahwa jantung saya mengalami penebalan otot. kardiomiopati hipertrofik katanya. Yang kutau Kardio artinya jantung, mio artinya otot, pati artinya penyakit sedangkan hiper artinya tinggi trofik artinya pertumbuhan. Jadi jika diihubungkan menjadi “penyakit otot jantung dengan pertumbuhan ototnya tinggi/cepat” sehingga lebih tebal dibanding otot normal. Kata dokter yang menangani saya ini merupakan penyakit keturunan. Keturunan ? pikirku perasaan orang tuaku tidak mengidap penyakit ini. oh atau mungkin saja dari kakek atau nenekku. Karena tak mau rugi hanya diperiksa saja ku coba ntuk bertanya ke dokter. Dok, apakah saya masih bisa olahraga ? seperti jogging dan push up, beliau menjawab bisa. Saat itu aku masih belum meragukan ucapan dokter. Akupun pulang sambil membawa obat dan segudang pertanyaan. 

 

Muncul gejala kembali

Waktu terus melaju, saat itu aku sudah berada di Bogor. Sudah dua tahun aku tak merasakan gejala penyakit jantungku. Mungkin pengobatan di klinik itu berhasil. Selama dua tahun di bogor saya telah menyelesaikan studi tingkat akhir. Walaupun tertatih-tatih namun perjuangan ku patut diapresiasi minimal oleh diri sendiri. Sebelum saya benar” pergi saat itu, dosen pembimbing saya mengajakku untuk ikut dalam proyek mikoriza bersama beliau. Aku pun mengiyakannya. Hal yang tidak diharapkan pun terjadi. Saat itu aku sedang mengerjakan penelitian di proyek tersebut. Karena dirasa bekerja terlalu berat jantungku mulai terasa nyeri. Siangnya saya langsung izin untuk pulang dan benar” sangat sakit. Sekitar seminggu saya hanya terbaring di kasur tak berdaya. Hafalan, penelitian kutinggalkan. Saat itu benar” tidak ada yang mengajakku ke rumah sakit atau sekadar memberikan bantuan makan. Terkecuali saya yang meminta sendiri. Kurasa ini sangat berbeda ketika berada di rumah. Perhatian itu ada, cinta itu ada dari orang tua.  2 minggu terbaring di kasur dada mulai agak membaik tdak ada rasa nyeri lagi. Saat itu jalan saja terasa nyeri, menggetarkan badan saja terasa nyeri. Apalagi untuk jogging sejak saat itu saya tidak terpikirkan lagi untuk berolahraga. Saya berpikir olahraga sudah selesai di kehidupan saya.

 

Mencoba berobatà Tidak ada penyakit ?

Sudah sebulan pasca timbulnya rasa sakit itu kini dada kembali membaik. Namun bayang-bayang sakit itu masih tersimpan dalam memori. Sambil memeringatkan diri untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat. Mungkin kalian timbul pertanyaan, kenapa saat sakit itu aku tidak pergi ke rumah sakit. Ada beberapa faktor yang membuatku tidak bisa ke rumah sakit factor utama sih kaga ada uang. Saat itu saya masih memberikan standar bahwa untuk berobat saya butuh uang sekitar 2 juta karena belajar dari pengalaman. Saat itu memang saya tidak memliki cukup uang (sekarang juga sih wkwk) ditambah uang honor belum dibayar. Itulah hal-hal yang membuatku untuk tidak segera berobat walaupun harus bertarung dengan resiko nyawa. BPJS menjadi jalan terakhir bagi saya (bukan promosi) walaupun otak terus dibayang”i enggan berobat lewat BPJS karena pelayanan yang kurang baik dibandingkan dengan jalur regular.

Singkat cerita orang tua menghubungiku, seperti biasa beliau menannyakan kabar. Setelah digempur berbagai pertanyaan layaknya narasumber timbulah pertanyaan mengenai kondisi Kesehatan, sebenarnya sejak dulu aku orang yang sangat tertutup bahkan itu dengan orang tua sendiri (lain kali lah kujelaskan alasannya). Namun karena aku mesti mengabarkannya akhirnnya kuceritakan lah kondisiku. Setelah mengetahui itu entah kenapa beberapa bulan kemudian sepupuku meminta nomor NIK untuk dibuatkan kartu BPJS.

Awalnya saya menganggap bahwa pelayanan BPJS itu buruk tapi ternyata tidak juga Alhamdulillah Allah kirimkan orang-orang baik untuk membantuku dalam berobat. Sama halnya dengan jalur regular saya setidaknya mengantri berjam-jam sebelum betemu dokter. Melewati rasa bosan yang begitu menyesakkan tiba gilirannya nama saya dipanggil. Hal yang mengagetkan pun terjadi setelah diperiksa melalui mesin Ekokardiografi, dkter menyimpulkan bahwa jantung saya tdak mengalami penyakit dan kerusakan apapun. Normal-normal saja. Sayangnya karena kondisi yang mengantri lebih banyak akhirnya saya tidak bisa menceritakan hasil pemeriksaan beberapa tahun yang lalu. namun saat itu saya diberikan kesempatan untuk dirujuk ke rumah sakit lain agar dilakukan treadmill. Saat melakukan tes treadmill juga saya berhasil melewati tes itu tanpa kelelahan dan kesakitan dada yang pernah saya alami. Saat itu saya berhasil menunjukkan hasil analisis penyakit saya beberapa tahun yang lalu. namun sepertinya dokter memiliki kesimpulan sendiri dan yakin bahwa saya tidak mengalami sakit jantung. Sayapun dianjurkan untuk memeriksa ke dokter bagian penyakit dalam.

Kini aku bingung apakah percaya kepada dokter yang menangani saya 2 tahun lalu atau percaya dokter yang memeriksa kondisi terkini ?.  Entahlah aku hanya berharap memang penyakitku sudah benar-benar sembuh.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerpen: Tanpa judul

Tanpa Judul     Muka cuek itu masih menghiasi sebagian kepalanya, bukan bukan karena benci lebih tepatnya   tidak ingin diperhatikan lebih...