Esensi Menghafal Al Quran


sumber gambar: pexels
 
Dulu sebelum saya memahaminya, Hafalan Al Quran adalah suatu perlombaan, dimana, siapa yang menghafal dengan jumlah ayat yang banyak dialah pemenangnya. Maka dari pemahaman itu, sering saya melihat dan menganggap orang yang sedang menghafal Al Quran bersama kawannya itu hakikatnya mereka sedang berlomba. Ternyata itu agak keliru. Setelah saya tahu esensinya, menghafal bukan hanya sekadar menambah ayat maupun memperbanyak juz yang didapat. Justru menghafal itu adalah jalan bagi kita untuk mengingat Allah dan jalan bagi kita untuk memohon ampunan bagi diri yang banyak dosa. Karena hakikatnya maksud allah menyuruh kita menghafal adalah semakin kita berikhtiar menghafal semakin kita ingat kepada-Nya. Sehingga nilai-nilai kehidupan yang Allah berikan melalui Al Quran dapat dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan.

Allah lah yang memiliki segala ilmu maka hak Dia dalam memberikan hafalan berapapun kepada hambanya yang berikhtiar. Dan Allah menilai setiap ikhtiar kita dalam menghafal bukan dari jumlah hafalan yang kita dapatkan. tapi dari ikhiar yang kita lakukan. Bisa dibayangkan jika Allah menilai hafalan itu dari banyaknya juz yang kita dapat bukan dari ikhtiar. Mungkin bagi orang yang mudah menghafal akan lebih banyak pahalanya. Namun adilnya Allah, Dia tidak menilai dari banyaknya hafalan tapi dari seberapa kuat Ikhtiar yang dilakukan.

Terkadang kita merasa putus asa ketika sulit mendapatkan ayat yang ingin dihafal. Berulang kali kita membacanya kemudian menghafalkannya namun tak kunjung menempel di kepala. Sudah hafal ayat tersebut namun beberapa ayat sebelumnya sudah lupa lagi.  Ternyata hal tersebut adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita. Bukankah dengan mengulang membaca Al Quran ada banyak pahala yang didapat. Mungkin Allah sengaja tidak memberikan kita hafalan Quran karena ingin terlebih dahulu memberikan pahala yang besar bagi kita. Bukankah 1 huruf yang dibaca dlam Al Quran itu bernilai 10 kebaikan (pahala). Dan bukankah pahala adalah hal yang kita semua cari ?. 

Jadi pesan untuk kita semua khususnya Penulis adalah Jadikan hafalan Quran sebagai pengingat kita kepada Allah bukan hanya keluar dari lisan lantas hilang namun harus menancap dalam jiwa dan diimplementasikan dalam bentuk kebaikan. 



Antara Korupsi dan Menyontek

 Korupsi dan Menyontek

 

 

Semakin bertambah hari, masalah negara ini semakin kompleks. Covid 19 yang semakin hari semakin naik kasusnya. Tercatat hari ini sudah mencapai 1 juta kasus sejak bulan maret 2020 silam. Ditambah kasus rasisme yang muncul kembali. Kasus terakhir yang disebutkan seharsnya sudah selsai kita hindari dan seharusnya sudah tidak ada di negeri yang menjunjung tinggi keberagaman. Kasus yang lebih parah yaitu Korupsi dana bantuan sosial yang dilakukan para elit politik. Saya tidak pernah bisa membayangkan disaat kondisi pandemi covid 19 yang semua aktivitas rakyat terbatas terutama aktivitas mencari nafkah, namun para elit di negeri ini dengan mudahnya memaling uang rakyat dan yang dicurinya adalah bantuan untuk rakyat yang sedang kesulitan dalam kondisi pandemi.. Sangat biadab.

Pada artikel kecil ini saya mencoba memberikan opini saya terkait hubungan antara korupsi dan menyontek saat ujian. Kenapa saya menghubungkan korupsi dengan menyontek. Alasan pertama yaitu tulisan ini ditulis pada momen menjelang ujian tengah semester. Alasan kedua yaitu karena korupsi dan menyontek merupakan hal yang mencederai nilai-nilai kejujuran.  Dalam kamus besar bahasa Indonesia korupsi adalah penyelewengan uang negara (perusahaan, yayasan, organisasi atau sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Dalam pengertian ini jelas sekali bahwa korupsi bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran. Karena jujur itu sendiri artinya mengikuti aturan yang berlaku, melakukan dan mengatakan apa adanya sesuai aturan.

Banyak diantara kita selalu mencela pelaku korupsi namun tak sadar diri sendiri sering berlaku tidak jujur atau dusta. Korupsi adalah kejahatan terbesar yang artinya akumulasi dari kejahatan kejahatan kecil. Seseorang berani melakukan korupsi pastinya telah melewati fase kebohongan yang sederhana/kecil. Tak mungkin koruptor berani maling uang negara tanpa memiliki pengalaman korupsi di tingkat yang lebih rendahnya. Kalaupun tidak korupsi di tingkat yang lebih rendah pastinya mereka pernah melakukan ketidakjujuran di tingkat yang lebih rendah. Kenapa saya bisa mengatakan seperti ini. Karena kejahatan yang skalanya besar pasti merupakan skill yang sudah lama terlatih atau dengan kata lain telah memiliki pengalaman yang lama. Pengalaman seperti apa itu ? pastinya pengalaman yang berkaitan dengan kebohongan dalam melakukan sesuatu.

Aktivitas kebohongan itu ragam contohnya. Salah satunya yaitu menyontek saat ujian. Kenapa saya mengambil contoh ini. Karena saya ingin sedikit memberikaan kritik terhadap pelajar yang sering kali mencela koruptor tapi tanpa mengoreksi diri pribadinya. Menurut saya korupsi dan menyontek saat ujian adalah sama-sama tindakan ketidakjujuran. Menyontek saat ujian sama saja dengan membohongi dirinya sendiri dan membohongi orang lain karena bukan atas usahanya soal itu dikerjakan tapi ada campur tangan pihak lain baik alat untuk menyontek maupun teman contekannya. Begitu juga dengan korupsi duit yang didapatnya bukan duit hasil usaha yang baik tapi didapat dengan melakukan pencurian.

 

-Akmal Ghazi

Berita Hoaks tidak akan mempan jika mengikuti langkah berikut ini

 

Sumber Gambar: pexel

Era sekarang, media sosial seakan menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia. Apalagi kondisi pandemi yang masih ada di Negeri kita tercinta Indonesia. Tidak ada atau mungkin jarang manusia yang terlepas dari jeratan media sosial. Hal ini karena media sosial dibutuhkan untuk berkomunikasi dan sarana berbagi informasi. Al Quran memberikan kepada kita uraian yang rinci dan tegas dalam memberikan panduan. Salah satunya mengenai selektif dalam menyaring informasi. 

Bagaimana cara kita dalam merespon suatu infromasi ?. Berikut penjelasannya.

1. Seluruh aktifitas harus punya dasar ilmu


Sumber gambar: pexels

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabanya” QS. 17: 36

Jangan sekali-kali (huruf la dalam ayat itu sifatnya larangan) engkau mengikuti sesuatu (baik sifatnya ajakan atau mengikuti sebuah berita) yang kau tak punya dasar keilmuannya, (belum punya ilmunya dan belum jelas kebenarannya). Sungguh sumber pengetahuan yang  diberikan Allah baik pendengaran, penglihatan, dan akal suatu saat akan dihisab. Ditanya oleh Allah.

Dimana pendengaran, penglihatan, dan akalmu saat mendengar informasi (mengapa tidak melacak terlebih dahulu dengan alat tersebut kemudian baru merespon) ?

2. Validitas ilmu

 

Sumber gambar: pexels

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang orang yang beriman (semua orang beriman), jika datang kepadamu orang fasik yang membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu” QS. 49: 6

Jika ada informasi dibuka dengan kalimat panggilan iman maka informasi yang disebutkan baik berupa perintah, larangan atau sekadar informasi. Ini menunjukkan iman kita sedang dipertaruhkan disini. Maksudnya kita diuji seberapa tinggi iman kita ketika mendengar suatu informasi. Apakah langsung percaya atau kita menggunakan alat yang diberikan Allah tadi seperti pendengaran, penglihatan, dan akal sebelum kita merespon informasi tersebut. 

Jika suatu masa ada berita yang mengguncang berita yang mengundang banyak perhatian, membuat khawatir, penasaran atau membuat kita kepikiran (naba) dan ada orang yang membawa satu berita yang membuat heboh namun berita itu belum jelas.  Kamu jangan langsung respon dan simpulkan cek dulu kebenarannya.

Bagaimana cara mengeceknya ?

dalam Qs. 16: 43 Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui"

Jika anda memiliki persoalan cepat (jangan ambil kesimpulan dulu, jangan merespon dulu) tanyakan kepada orang yang dzikr. Pengetahuan disebut dzikir. Dzikir pun diartikan dengan ilmu (Qs: 3: 190-191).

Jika medapat informasi yang kita tidak ketahui ilmunya maka kita harus cari orang yang pakarnya atau pakar dalam persoalan tersebut. ahlun menujuk pada pakar. Ketika kamu belum mengerti jangan merespon dulu tayakan dulu ke pakarnya.

dalam kaidah bahasa arab ada 3 kata yang memiliki arti sama namun beda waktu kejadiannya. ada huuf Wau: beberapa menit kemudian, Tsuma: jauh jaraknya, Fa: mengikat tanpa jeda/cepat. Ayat tersebut (An-Nahl ayat 43) menggunakan huruf (fa) dalam menyebut kata maka. artinya kita disuruh untuk cepat untuk bertanya ke ahli ilmu.

Sumber: Kajian Ustadz Adi hidayat dalam Program aku suka Ramadhan dengan judul Isu Dukhan dan benturan Asteroid

link video: https://www.youtube.com/watch?v=UFaItbewWRc

 

Cerpen: Tanpa judul

Tanpa Judul     Muka cuek itu masih menghiasi sebagian kepalanya, bukan bukan karena benci lebih tepatnya   tidak ingin diperhatikan lebih...